SEJARAH PEMBANGUNAN TUGU RAJA TOGA LAUT PARDEDE
(Th.Pardede)
Lumban Jabi-jabi adalah sebuah perkampungan yang dihuni/ditempati oleh keturunan Raja Sonakmalela terbungsu,bungsu dari Raja Sonakmalela dan bungsu dari Raja Bona ni onan Pardede, dan bungsu dari Raja Paindoan yaitu Raja Toga Laut Pardede dengan keturunannya. Dan sejak dahulu Lumban Jabi-jabi adalah tempat pertemuan Raja-raja batak setiap hari Jumat (hingga sekarang hari pekan/ pasar di Balige Raja adalah hari Jumat . (DR. L.Manik)
Lumban Jabi-jabi berlokasi dipusat kota Balige, dan di Lumban ini ada sebuah sumber mata air yang sangat jernih (mual Jabi-jabi), menurut ceritanya, semua raja-raja batak dahulu termasuk Sisinga mangaraja ke XI pernah maranggir dimual ini.
Perpindahan keturunan Raja Toga Laut dari Lumban jabi-jabi, ke Hauma bange, sangat berkaitan dengan perlawanan opung Guru somalaing Pardede dengan saudara-saudaranya terhadap Belanda dan juga oleh karena Lumban Jabi-jabi smenjadi pusat kegiatan pejuang-pejuang Batak yang dipelopori Guru Somalaing Pardede, dan Lumban Jabi-jabi juga disebut “Balobung” karena pejuang-pejuang penentang Belanda yang menjadi buron selalu mencari perlindungan ke Lumban Jabi-jabi.
Oleh karenanya segala cara diupayakan oleh Belanda untuk mematahkan perjuangan beliau yang sangat gigih, karena Opung Guru Somalaing mengadakan perlawanan terhadap belanda bukan saja dengan fisik tetapi juga dengan kekuatan spiritual (menggalang keyakinan asli orang-orang Batak melalui Parmalim), Kekuatan Spritual inilah membuat Belanda kewalahan, maka sangat perlu bagi Belanda segera melumpuhkan kekuatan Guru Somalaing Pardede dahulu, Guru Somalaing tidak surut mengadakan perlawanan meskipun Lumban Jabi-jabi telah dikuasai Belanda , beliau terus melanjutkan perlawan hingga ke Parsoburan, pada tahun 1896 terjadi pertempuran disana selama sebelas hari . Belanda bertekad menangkap Guru Somalaing Pardede hidup-hidup yang kemudian akhirnya tertangkap dan pada tanggal 15 maret 1896 yang kemudian Beliau diasingkan ke pulau Jawa melalui pelabuhan Sibolga (DR.L.Manik)
Setelah tertangkapnya Guru Somalaing Pardede maka akhirnya keturunan Raja Toga Laut mencari perlindungan atau pengungsian termasuk ke Lumban Haumabange, yang akhirnya Belanda mensyahkan sebagai perkampungan dari keturunan Raja toga Laut yang kebetulan lumban tersebut masih bagian wilayah dari Paindoan. ( Dokumen Belanda).
Dilumban ini juga dimakam kan Raja Toga laut dan anak-anaknya dan omp. Panaluksuk dan lainnya. Setelah Belanda menguasai Lumban Jabi-jabi, maka lokasi pemakaman tersebut tidak terawat lagi menjadi semak penuh dengan tanaman sipaet-paet.
Pada tahun 1953 dibangunlah Tugu Raja Toga Laut dimana dulunya Opung Raja Toga Laut dimakamkan.
Pada Tahun 1956 Beberapa Orang Tua dari Pardede bermufakat dan sepakat untuk merenovasi Tugu Raja Toga Laut Pardede.dengan biaya ± Rp. 1.570.000,-
Kembali keturunan Raja Toga laut mendapat cobaan sehubungan status tanah Lumban jabi-jabi Pemda Taput pada saat itu dipimpin Bupati SM. Simanjuntak, seorang putra Batak, mengclaim tanah Lumban jabi-jabi adalah milik pemerintah dengan alasan pengalihan kekuasaan dari Belanda tanpa mempertimbangkan sejarah, kenapa Belanda Menguasai Lumban tersebut, juga SM. Simanjuntak sebagai putra Batak tidak meng-hormati hukum adat dan Budaya Batak, pembongkaran Tugu sangat tidak diperbolehkan aleh hukum adaat Batak, dan penghinaan terhadap keturunannya.
Pada Tanggal 5 Januari 1962 sekitar pukul 8.00 pagi dilaksanakan pembongkaran, semula hanya dengan pecok, martil dan linggis tetapi upaya tersebut tidak berhasil maka dipergunakan alat peledak (dinamit), pembongkaran tugu terbut berlangsung selama 8 (delapan) hari. Meskipun hasilnya tidak seperti diharapkan Bupati, pembangunan Lapangan Tennis terus dilakukan sedangkan puing-puing dibiarkan menumpuk disekitarnya.
Perlu diketahui niat Pemerintah untuk pembongkaran Tugu tersebut, mendapat perlawanan dari semua keturunan Raja Toga Laut dengan berbagai bentuk perlawanan, hal ini dilakukan mereka sesuai dengan pertimbangan situasi pada saat itu (Pemberontakan PPRI), dan pada saat itu daerah Taput dikuasai Pasukan Siliwangi dan pasukan Bukit Barisan, situasi saat itu sangat rawan.mengadakan perlawanan berarti pemberontak, menolak kebijakan pemerintak
Karena hal tersebut diatas belum pernah terjadi ditanah Batak, dan keturunan Raja Toga Laut tidak berdaya melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang diatas namakan oleh Bupat Taput SM.Simanjuntak, maka semua keturunan Raja Sonakmalela ikut prihatin melihat penekanan, penghinaan terhadap adik siapudan mereka oleh pemerintah (sejak pemerintahan Belanda samapai pemerintah Republik Indonesia), dengan kata lain “Lungun ni angina lungunni haha na doi, jala lungun ni haha na lungunni angina doi.”, yang artinya “ Kesusahan adiknya juga kesusahan abangnya, dan kesusahan abangnya juga kesusahan adiknya.” Dengan demkian pada
Pada tanggal 12 Januari 1962, atas nama Keturunan Raja Sonakmalela juga mengadakan tuntutan kepada pemerintah sebagai saport kepada anggi doli mereka keturunan Raja Toga Laut Pardede yang terus melakukan penuntutan hak.Mereka saling mendukung untuk mendapatkan hakmilik mereka, yang akhirnya berbuah hasil, dengan keluarnya surat dari Panglima Kodam II Bukit Barisan, Nomor: PP/K-007/62 tertanggal 24 Maret 1962 yang menyatakan “bersedia membangun kembali Tambak/Tugu Toga Laut Pardede.
Lobe tinggi Pardede terus mengadakan kontak dengan Panglima Kodam II Bukit Barisan yang kebetulan saat itu adalah Kolonel A.Manaf Lubis, karena beliau ragu kalau surat Panglima tersebut tidak direalisasikan segera, maka kemudian disusul dengan surat kedua dari Panglima Kodam II Bukit Barisan, Nomor Pedarmilda/sp-007/3/1963, bertanggal 27 Maret 1963 yang isinya menyatakan kesedian membangun Tambak/ Tugu Toga Laut Pardede, yang ditanda tangani oleh Kolonel A.Manaf Lubis Nrp:12186, Apa yang dikhawatirkan oleh Keturunan Raja Toga Laut Pardede menjadi kenyataan, pem-bangunan kembali Tambak/Tugu tidak juga terwujud dengan alas an pemerintah akibat situasi Politik dan Ekonomi yang tidak kondusif.
Pada tanggal 17 Agustus 1969 Pihak Kodam II Bukit Barisan datang menemui A.Pardede sebagai Ketua Panitia Pembangunan kembali Tugu Raja Toga Laut Pardede, untuk menyerahkan surat yang berhubungan dengan pembangunan Tugu Raja Toga Laut. Namun pada saat itu pada waktu yang sama A. Pardede meninggal dan disemayamkan dikediamannya Losmen Toga Laut Tawar Balige sedang dikelilingi sanak keluarga, melihat situasi berkabung tersebut maka utusan Kodam II mengurung niat mereka,
Pada Tanggal 10 April 1974 utusan keturunan Raja Toga Laut yaitu H.Pardede dan S.Pardede kembali menemui Panglima Kodam II Bukit Barisan di Medan, hasilnya dikeluarkan pihak Kodam II surat ber Nomor K229/1974 tanggal 11 April 1974 yang isinya menyetujui pengembalian /Pembangunan Tambak/Tugu Raja Toga Laut Pardede sebagaimana semula atau sesuai ditempat yang pantas .
Rencana itupun tidak juga dapat direalisasikan karena beberapa factor, terutama kondisi kedua tokoh yang di percayakan untuk mengurus, keduanya orang-orang sibuk, karena kesibukan mereka maka tahun 1980, H.Pardede dan S.Pardede mempercayakan pengurusan tersebut kepada Opung Podang Pardede yang kebetulan beliau dikenal dikalangan pemerintahan sebagai tokoh Spritual Batak, dengan imbalan satu kaleng eme dari setiap anggota keturunan Raja Toga Laut Pardede. Tugas itupun tidak dapat diwujudkan sampai beliau meninggal di Medan.
Pada tahun 2007 terbentuk panitia persiapan atau panitia pengantar Pembangunan Raja Toga Laut Pardede di Jakarta di kantor B.Pardede di Pisangan baru dengan susunan pengurus sbb :
Ketua : J.Pardede
Ketua I: B.Pardede
Ketua II: T.H.Pardede
Ketua III: R.Pardede
Seketaris I : S.Pardede
Seketaris II: A.M.Pardede
BendaharaI; T. Pardede
Bendahara II: Ny. A.Pardede
Penasehat I: T.Pardede
Penasehat II: E.Pardede
Penasehat III: O.Pardede
Kemudian sebagai tindak nyata maka Panitia dengan beberapa keturunan Raja Toga Laut Pardede berangkat ke Bonapasogit show force atau dengan kata lain membuat ikrar bersama dan tekad untuk membangun Tambak/ Tugu Raja Toga Laut lebih dahaulu tanpa mengandalkan bantuan dari Kodam atau Pemerintah, yang akhirnya Panitia akan berusaha mengadakan tuntutan atau melanjutkan tuntutan kembali kepada Pemerintah.
Mari kita berdoa agar Tuhan Selalu membantu cita-cita kita yang luhur ini, dan saya sebagai penyimpul sejarah Tugu Raja Toga Laut Pardede, yang berdasarkan cerita/ Sumber:
1. Haji Abdul Halim Pardede (alias Lobe Tinggi Pardede),
2. A,Pardede (amanToga Pardede),
3. Opung Sittua Rudolf Pardede,
4. Ito Ny. Tampubolon ,
5. Opung pai 5(Omp. SiBosar),
6. Bapa Uda I.Pardede (omp si Luhut), dan
7. Bapa uda T.Pardede
8. DR. L Manik.(berdasarkan penelitian beliau di Museum Leiden sehubungan dengan rencana beliau membuat Buku Sejarah Guru Somalaing Aji Pardede)
Terima kasih – Horas.