Bagi Generasi penerus; buatlah sejarah itu menjadi tolak ukurmu apa yang akan dan layak kau perbuat bagi dirimu dan keluarga besarmu. Kalaulah masa lalumu dan keluargamu sangatlah menyedihkan dan memalukan, berusahalah agar kesedihan dan aib itu tidak terulang lagi. Kalaulah masa lalumu dan keluargamu membanggakan, berusahalah tidak menjadi arogan dan menyanjung-nyanjung kehebatan tersebut, yang akhirnya membuat kamu terhanyut arus kelalaian.Tetapi kalau kau sama sekali melupakan atau tidak mengabaikan sejarah, maka kamu akan seenaknya mencaci maki atau sama sekali tidak menghormati pelaku sejarah yang sangat berjasa bagi perjalanan hidupmu.(itu sebagian cuplikan arahan dari orang tuaku).
Tugu Raja TOGA LAUT PARDEDE telah berdiri dengan megahnya dipertapakan perkampungan Raja Toga Laut Pardede dengan anak cucunya yang diwariskan Kakeknya Raja Bona ni Onan Pardede.
Sungguh meriah peresmian Tugu tersebut dan terbilang megah, maklum satu-satunya Tugu keturunan Raja Bona ni Onan yang baru berdiri di bona pasogit BALIGE.
Namun kegembiraan tersebut kadang membuat orang akan lupa dengan sejarah, dan mengagung-agungkan dengan berlebihan pada pelaku sejarah kini.
Setelah Peresmian Tugu Raja Toga Laut Pardede, mulai terdengar kata-kata sumbang terhadap pemerakarsa pembangunan Tugu Raja Toga Laut Pardede, setelah pendinamitan Tugu/Tambag oleh pihak TNI dengan alasan untuk membuat lapangan tenns bagi elit-elit TNI dan elit-elit Orang BAlige ketika itu. Pihak keturunan Raja Toga Laut Pardede tidak berdaya untuk melarang ataupun melawan pihak TNI karena pada saat it, sangat Riskan situasi bisa saja dituduh memberontak bila berani melawan pihah elit-elit TNI.
Meskipun demikian ada beberapa orang yang berani melawan tetapi sebatas menangis ataupun menjerit, itupun dilakukan pihak Wanita keturunan Raja Toga Laut Pardede. Sedangkan kelompok Prianya termasuk Panitia Pembangunan Tugu serba salah, yang pasti TNI tidak akan diam bila ada salahsatupun yang berani melawan, Jangankan melawan, membiarkan babinya saja berkeliaran dianggap pemberontak atau melawan kebijakan pemerintah. apakah itu Gunung Pardede, Asmaudin Pardede, Faletin Pardede, serta Marajo Pardede danlainnya tidak dapat berbuat banyak, mereka hanya dapat menolak sikap TNI tersebut dengan menyampaikan keluhan mereka kepada Panglima,
Yang Akhirnya Keluhan Tokoh-tokoh tersebut diatas diterima oleh Panglima saat itu Kol.Manaf Lubis. Sayang Saat pihak TNI akan menyerahkan langsung Rencana pembangunan kembali Tugu Raja Toga Laut Pardede kepada ketua panitia saat itu yaitu Asmaudin Pardede, pihak Bupati Pemda Taput dan TNI, mereka menemukan A.Pardede telah meninggal.Sepeninggal A.PArdede kepanitiaan dilanjutkan oleh Sopar Pardede dan Harun Pardede, yang lain belum ada yang berani terlibatkarena riskan situasi pada saat itu, Kegigihan Sopar Pardede tidak begitu disambut Keturunan Raja Toga Laut Laut lainnya.Mereka dibiarkan berjalan sendiri, hasilnya rencana pembangunan Tugu Raja Toga Laut Pardede kembali mentah alias gagal.
Lobe Tinggi Pardede alias Haji Abdul Halim PArdede, sepeninggal anaknya Asmaudin PArdede, mencoba memberi semangat kembali kepada adiknya Pai5(anak jaihutan), dan st Rudol Pardede (janjimaeia, serta anaknya Harun Pardede dan Intan Pardede dan beberapa keturunan Raja Toga Laut Pardede untuk kembali mengadakan pendekatan dengan pihak Pemerintah dan TNI.Kepanitiaan Sopar Pardede dan Harun Pardede, benar-benar tidak berdaya maka dengan demikian mereka menyerahkan kepada haha doli mereka bernama Raja Pondang Pardede untuk mengadakan pendekatan kepada pihak Pemerintah, usaha itupun tidak berhasil juga.
Hingga akhirnya beberapa orang keturunan Raja Toga Laut Pardede yang ada di Jakarta mengambil Inisiatif, dengan dipelopori Djuara Pardede.(Demikian sekilas perjuangan pendahulu-pendahulu dalam kepanitiaan pembangunan Tugu Raja Toga Laut Pardede).
Bersambung..........